April 19, 2025

Bittersweetbynajla : Kudapan Manis Temani Santai

Ragam jenis kudapan ringan dan berat menjadi salah satu hal paling menenangkan di dunia serta cocok temani segala aktifitas.

Kuliner Ekstrem Padang: Gulai Jeroan yang Dimasak dengan Kayu Bakar dan Asap Hitam

Di antara kekayaan kuliner Nusantara, masakan Minang atau masakan Padang selalu punya tempat istimewa di hati para penikmat rasa pedas, gurih, dan berlapis bumbu. Namun, dari sekian banyak hidangan lezatnya, ada satu jenis yang sering dianggap ekstrem oleh sebagian orang: gulai jeroan—hidangan dari bagian dalam perut sapi atau kerbau seperti usus, babat, paru, dan limpa. Yang membuatnya semakin unik adalah cara memasaknya yang tradisional, yaitu menggunakan kayu bakar dan tungku batu, lengkap dengan asap hitam yang mengepul selama berjam-jam.

Jeroan: Bagian yang Dihindari, Tapi Diidolakan

Bagi sebagian orang, jeroan mungkin dianggap sebagai bagian  yang kotor atau tak layak dikonsumsi. Namun di tangan orang Padang, jeroan justru menjadi bahan utama yang diolah menjadi gulai nan menggoda, penuh rasa dan tekstur yang khas. Dalam tradisi kuliner Minang, gulai jeroan padang bukan makanan sisa, melainkan simbol pemanfaatan total terhadap hewan sembelihan, tanpa menyia-nyiakan bagian apa pun.

Biasanya, jeroan dibersihkan berkali-kali dengan garam kasar, jeruk nipis, bahkan kadang direndam semalaman. Setelah bersih, jeroan direbus terlebih dahulu untuk menghilangkan bau amis, kemudian dimasak dengan santan kental dan campuran bumbu rempah Minang seperti kunyit, lengkuas, serai, bawang merah-putih, dan cabai. Prosesnya bisa berlangsung hingga 3-4 jam agar bumbu benar-benar meresap.

Kayu Bakar dan Asap Hitam: Cita Rasa dari Dapur Tradisional

Yang membuat gulai jeroan khas Padang ini istimewa bukan hanya dari bahan dasarnya, tapi juga https://devinenailspacolumbiasc.com/ dari cara memasaknya. Banyak rumah makan atau dapur tradisional di daerah pedalaman Sumatra Barat masih menggunakan tungku kayu bakar, bukan kompor gas modern. Hasilnya? Asap hitam dari pembakaran kayu menempel di dasar kuali dan secara tidak langsung juga memberi aroma asap (smoky) yang menambah dimensi rasa gulai tersebut.

Kayu yang digunakan biasanya berasal dari pohon karet tua atau kayu keras lokal lainnya yang memberi pembakaran merata dan tahan lama. Suhu dari kayu bakar yang stabil memungkinkan santan tidak pecah dan menghasilkan tekstur gulai yang kental, berminyak, dan mengkilap, ciri khas masakan Minang sejati.

Asap yang mengepul juga memberikan sensasi visual yang otentik—perapian sederhana, kuali besar yang menghitam di sisi luar, dan ibu-ibu memasak sambil sesekali meniup bara dengan bambu. Di sinilah jiwa dari gulai jeroan itu terbentuk—dari peluh, asap, dan kesabaran.

Bukan untuk yang Berhati Lemah

Bagi yang belum terbiasa, gulai jeroan bisa terasa menantang. Tekstur usus yang kenyal, babat yang berserat, dan limpa yang sedikit pahit bukanlah selera umum semua orang. Namun justru itu yang membuatnya disebut kuliner ekstrem: tidak semua berani mencoba, tapi yang sudah jatuh cinta akan selalu kembali mencarinya.

Apalagi ketika disajikan hangat dengan nasi putih, sambal ijo, dan kerupuk jangek (kulit sapi goreng)—perpaduan rasa pedas, gurih, dan tekstur unik jeroan menciptakan pengalaman makan yang tak bisa dilupakan.

BACA JUGA: Churros dengan Topping Khas Indonesia: Coklat Beng-Beng hingga Durian

Share: Facebook Twitter Linkedin

Comments are closed.