17 April 2025 | admin3

Kuliner Khas Surabaya: Lontong Kupang yang Dimasak di Pinggir Kali Berani Santap?

Surabaya, kota pahlawan yang terkenal dengan panasnya yang menyengat dan lalu lintasnya yang padat, juga menyimpan sejuta rasa dalam dunia kuliner. Salah satu makanan khas yang menjadi perbincangan unik sekaligus penuh kontroversi adalah lontong kupang. Sekilas, makanan ini terlihat sederhana: potongan lontong, kupang (kerang kecil), lentho (gorengan berbahan singkong), siraman kuah bawang putih, dan tak lupa sambal serta perasan jeruk nipis. Tapi yang membuatnya menarik bukan hanya rasa—melainkan tempat memasaknya.

Ya, banyak penjaja lontong kupang Surabaya dan sekitarnya yang masih mempertahankan cara berjualan tradisional: memasak langsung di pinggir kali. Bukan di restoran atau warung modern, tapi di tempat terbuka, terkadang hanya beralaskan tikar bambu dan tenda seadanya. Di belakang mereka mengalir sungai yang jernihnya diragukan, sementara wajan besar mengepul dengan aroma bawang putih goreng yang memikat. Sebuah pemandangan yang menimbulkan dilema: menggoda lidah, tapi menggugah rasa was-was.

Namun anehnya, banyak warga lokal bahkan wisatawan kuliner rela duduk https://thesilit.com/ lesehan di pinggir kali demi menyantap seporsi lontong kupang panas-panas. Rasa dan pengalaman makan yang autentik menjadi daya tarik tersendiri. “Kalau nggak makan di sini, rasanya beda,” ujar Pak Yanto, pelanggan tetap yang sudah puluhan tahun langganan di warung kupang legendaris di daerah Kenjeran. “Emang kelihatannya nggak higienis, tapi saya belum pernah sakit. Malah nagih!”

Kupang sendiri adalah sejenis kerang kecil yang hanya bisa hidup di perairan tertentu, menjadikan lontong kupang sebagai kuliner khas yang cukup eksklusif. Kupang harus dimasak dengan benar agar tidak amis dan tidak menyebabkan gangguan pencernaan. Oleh karena itu, para penjual biasanya memiliki resep turun-temurun dan cara pengolahan khusus. Salah satunya dengan merendam kupang dalam air jeruk nipis dan direbus lama dengan rempah-rempah.

Namun, bagi yang baru pertama kali mencoba, penampilan lontong kupang bisa terasa “menantang.” Kupangnya berwarna keabu-abuan, bentuknya kecil dan kadang masih terlihat lengkap dengan bagian hitam pekat di tubuhnya. Belum lagi jika tahu tempat memasaknya adalah pinggir kali dengan kondisi lingkungan yang meragukan. “Aku awalnya takut, tapi setelah coba… wow, rasanya gurih dan khas banget. Apalagi kalau pakai petis asli Surabaya,” ujar Lila, seorang food vlogger yang mencoba langsung di lokasi.

Tentu saja, kebersihan dan kesehatan tetap harus jadi prioritas. Tak sedikit pula masyarakat yang mulai menuntut standar yang lebih baik untuk kuliner jalanan. Beberapa penjual mulai beralih ke lokasi yang lebih bersih tanpa meninggalkan cita rasa khasnya. Tapi bagi sebagian orang, sensasi makan lontong kupang “asli” itu ya di pinggir kali—dengan suasana kampung, angin semilir, dan aroma kupang mengepul.

BACA JUGA: Kuliner Ekstrem Padang: Gulai Jeroan yang Dimasak dengan Kayu Bakar dan Asap Hitam

Share: Facebook Twitter Linkedin